Rabu, 25 Januari 2017

Siap Bekerja Keras dan Berlama-lama Bersama Al Qur`an


Sahabat Nabi yang mulia Hudzaifah Ibnul Yaman menceritakan pengalamannya bersama Rasululullah ﷺ : ‘Pada suatu malam aku shalat bersama Rasulullah mulai dengan membaca surah Al-Baqarah. Hatiku berkata, ‘beliau akan ruku’ pada ayat ke-100′. Namun kemudian beliau melanjutkannya. Hatiku berkata lagi ‘barangkali beliau akan menghabiskan satu surah kemudian ruku’. Ternyata beliau melanjutkannya dengan menghabiskan surah An-Nisa. Begitulah perasaanku selalu berkata. Ternyata beliau melanjutkannya dengan surah Ali ‘Imran. Tiga surah di atas (yang hampir sama dengan 5,5 juz) dibacanya dengan tartil. Jika membaca ayat yang terdapat perintah tasbih beliau bertasbih. Jika membaca ayat yang memerintahkan untuk berdoa beliau berdoa. Begitu juga jika ayatnya memerintahkan untuk meminta perlindungan, Rasulullah berdoa meminta perlindungan. Kemudian belia ruku’, dan ternyata panjang ruku’nya hampir sama dengan lama berdirinya. Begitu juga saat i’tidal dan sujud.” (HR. Muslim)
Bagaimana perasaan kita pada saat membaca hadits ini? Apakah kita terobsesi untuk mencobanya walaupun sekali seumur hidup? Atau kita menganggap hadits ini sekedar sekilas info saja dan kita merasa tidak mungkin untuk bisa melakukannya ? Padahal Allah ﷻ telah memberikan kita berbagai macam daya dukung lahir dan batin. Al Qur’an dan As-Sunnah lah yang dapat menjadikan kita mampu melaksanakannya.
Nilai tarbiyah yang terkandung di dalam kisah tersebut:
1. Jika belum tergugah untuk melaksanakannya, berkomitmenlah untuk melaksanakannya walaupun  hanya sekali seumur hidup. Tabiat orang shalih adalah selalu ingin segera melaksanakan amal shalih, apalagi jika amal tersebut belum pernah dilaksanakan sebelumnya.

2. Kekuatan dan keteguhan Rasulullah ﷺ dan para Shahabat dalam berda’wah dan berjihad serta memberikan kontribusi untuk Islam dan umatnya sangat ditentukan oleh kekuatan dan keteguhan dalam beribadah kepada Allah ﷻ dan beramal shalih dengan semua cabangnya.

Untuk dapat mencintai dan berinteraksi dengan Al Qur’an diperlukan mujahadah sebagai berikut :
1. Banyak beribadah, khususnya shalat. 
Al Qur’an adalah Kalamullah (wahyu Allah) sehingga jiwa yang tidak dekat dengan Allah ﷻ tidak akan sejalan dan menyatu dengan ruh Al Qur’an. Shalat menjadikan manusia terputus dari dunia luar dan hanya berkonsentrasi dengan bermunajat kepada Allah saja, tentu ini akan memudahkan kita untuk mengerti ayat-ayat Allah ﷻ baik di dalam maupun luar shalat. Jika ada seseorang yang banyak beribadah tetapi tidak memiliki kecintaan standar dengan Al Qur’an maka perlu evaluasi terhadap kondisi ibadah orang tersebut dari segi legalitas syar’inya, keikhlasannya, dan pengetahuan tentang ibadah yang dilakukannya. Beribadah dan berinteraksi dengan Al Qur’an adalah satu paket aktivitas yang tidak terpisahkan. Untuk mencapai kondisi seperti ini, perlu mujahadah atau kesungguhan.

2. Memperbanyak Tilawah

Dari hadits tadi, kita ketahui bahwa Rasulullah ﷺ tilawah dalam sholatnya sebanyak 5 ¼ juz. Bila 1 juz butuh 40 menit, artinya butuh waktu sekitar 3,5 jam. Aktivitas seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia yang tidak terbiasa memperbanyak tilawah Al-Qur’an. Kalau ingin seperti Rasulullah ﷺ, perlu pemanasan, misalnya membiasakan diri shalat malam, berkomitmen untuk tilawah 1 juz per hari, memperbanyak khatam Al Qur’an, banyak berdzikir kepada Allah ﷻ, banyak membaca kehidupan salafush shalih dalam beribadah dan lainnya.

3. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Al Qur’an.

Bila sesuatu dilakukan beramai-ramai atau secara berjama'ah, tentu akan timbul semangat yang tidak akan didapatkan bila melaksanakannya secara sendirian. Bahkan Hudzaifah pun mungkin tak dapat berlama-lama jika harus melaksanakan shalat malam sepanjang itu sendirian. Hudzaifah mampu melaksanakan sholat selama itu, salah satu sebab utamanya adalah karena beliau sedang bersama Rasulullah ﷺ.

3 komentar:

  1. Barakallah, semoga Istiqamah di dalam kafilah Da'wah dan Penjaga Alqur'an

    BalasHapus
  2. Barokallah,,Akhi semoga Allah mudahkan langkah kita untuk tetap ber Itiba kpd Nabi.Amiin

    BalasHapus